Rabu, 21 Maret 2012

Dibalik peluang naiknya harga perak

Sebelumnya kita telah bahas bahwa perak bisa menjadi alternatif investasi logam mulia yang menjanjikan di tahun 2012. Jika Anda investor yang tak mau berhutang untuk mendapatkan pecahan besar emas dengan harga per gram lebih ekonomis dibanding yang pecahan kecil, memiliki perak adalah jalan keluar yang jitu. Karena grafik kenaikan tahunan perak relatif sejalan dengan trend kenaikan emas maka menyimpan perak adalah langkah mempertahankan daya beli uang yang kita punya, dibanding dengan menabung konvensional misalnya.

Jumlah tabungan dalam angka tetap per bulan dalam Rp atau USD tak bisa mengejar kenaikan harga emas yang secara rata-rata naik 2% per bulan. Berbeda dengan menabung perak yang mengalami kenaikan kurang lebih sama (bahkan dalam beberapa tahun terakhir lebih tinggi) dibanding emas. Untuk mendapatkan 1 Dinar (emas) kita perlu 32 keping Dirham (perak) atau 6,5 keping Dirham perak dengan pecahan 5 (khamsa Dirham). Pada akhir tahun 2010 lalu, kita perlu 49 keping Dirham untuk mendapatkan 1 Dinar, artinya kenaikan Dirham lebih pesat dibanding Dinar.

Untuk mendapatkan 10 gram emas batangan kita perlu 10 batang/ koin perak impor dengan pecahan 1 troy ounce. Dalam periode tertentu, konversi bisa dilakukan dari perak ke emas dengan cara menjual perak, kemudian dana dialihkan ke emas. Bagi individu dengan kemampuan menabung Rp 300 s.d 600 ribu per bulan, langkah ini menenangkan. Tidak berhutang, tidak harus membayar cicilan berikut biaya gadai, administrasi dan asuransi yang menyertainya.

Dibandingkan emas, perak dalam bentuk investasi juga ‘kurang liquid’ dalam arti kurang bisa diterima di toko perhiasan, pegadaian dan bank syariah. Untuk tujuan menabung, hal ini bermakna positif karena ‘menyulitkan’ kita menggunakannya untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Perak dijual kembali nanti ke tempat membeli. Ini kemudian menjadi kata kunci bagi para investor : belilah perak di tempat yang bersedia membelinya kembali.

Diluar itu semua, dari kacamata investor, potensi kenaikan harga perak di masa datang ternyata dipengaruhi faktor fundamental yang sifatnya global.

  1. Sebagian besar produksi perak di dunia menghilang bersama proses industri. Hanya sebagian kecil perak yang diolah kembali dari benda elektronik, fotografi, dental untuk dijadikan emas hasil olahan/ cucian. Berbeda dengan emas yang eksis dari ribuan tahun lalu hingga kini dengan cara recycle, perak industri cenderung diabaikan dan hilang selama-lamanya.
  2. Pemerintah Amerika (data tentang negara lainnya belum didapatkan) ternyata pernah menyimpan sekitar 375 juta ons perak dari tahun 1933 s.d 1970 dengan membeli hasil industri perak negaranya sendiri. Pada tahun 1970 simpanan itu dilepas ke pasar dan sekarang simpanan perak mereka nol. Untuk memilikinya kembali sebagai cadangan devisa negara (emas dan perak adalah instrumen moneter paling mendasar bahkan hingga awal abad ini), mereka harus belanja langsung dari pasar. Saat ini dan sampai kapanpun, perak akan tetap dikonsumsi negara dan industri, terlebih dua negara di timur yang menjadi penggerak ekonomi dunia sekaligus penyimpan perak terbesar saat ini yaitu Cina dan India mulai mengalami defisit *)

Salah satu cara membuat industri jasa memperhatikan dan membuka servis yang makin variatif terkait perak sehingga membuatnya makin liquid adalah dengan memasyarakatkan penggunaan perak sebagai salah satu instrumen investasi. Juga terkait Dirham, dimana koin perak spesifik ini bisa digunakan langsung sebagai alat transaksi. Maka sudah saatnya kini kita mulai melangkah lebih jauh dengan beralih ke perak.

--- Internet Source ---

2012, tahun emas investasi perak

Logam mulia apa, diluar Palladium dan Platinum, yang seiring – sejalan kenaikannya dengan emas, bahkan mengalahkannya di 2009 – 2010? Logam apa yang dikonsumsi massal oleh industri sekaligus disimpan secara retail oleh investor perorangan? Apa komoditas yang sama populernya dengan emas di pasar komoditas internasional tapi tak terlalu jadi perhatian di Indonesia? Logam mulia apa yang berpotensi meledak di tahun ini dan tahun mendatang, dan sudah terlihat makin kuat gejalanya bertahun terakhir? Untuk semua pertanyaan di atas, perak jawabannya.

Perak memang sama bernilai seperti kakaknya, emas, dengan exchange rate yang lebih rendah. Lebih terjangkau untuk investor dengan dana sedang, tapi dengan tingkat hasil setingkat emas. Bob Quartermain, CEO Silver Standard Inc mengistilahi perak : It is often viewed as gold substitute or “poor man’s gold”. Pada masa imperium Romawi, Persia yang sejaman menggunakan perak sebagai koin tukar-menukar barang dengan gambar Kisra di salah satu sisinya. Dinarium (emas) dikenal di Romawi, Dirham (perak) digunakan di Persia. Kekhalifahan Islam kemudian menstandarisasinya serta menggunakannya secara bersama sebagai alat bayar yang sah (juga sebagai simpanan pribadi masyarakat Islam) hingga berakhir awal abad ini. Di Eropa dan Amerika, alat simpan harta berupa perak ini hingga kini masih popular dalam bentuk koin dan batangan. Hampir setiap negara Eropa, juga Australia, Selandia Baru, Amerika dan Kanada memiliki brand untuk koin perak yang mereka keluarkan. Kondisi sebaliknya terjadi di masyarakat timur yang notabene mewarisi peradaban Islam, perak (juga emas) sangat terlupakan.

Banyak fakta lain yang menarik, dan analis percaya akan terulang dalam waktu yang dekat, setidaknya mendorong minat investasi perak akan membesar dalam waktu dekat. Minat yang membesar akan mendorong pelipatgandaan nilai komoditas.

- Mungkin tak banyak yang mengamati, tapi kenaikan perak secara rata-rata 3 tahun terakhir jauh lebih tinggi dibanding emas. Secara berturut-turut mulai 2009 kenaikan perak 57% (emas 31%), 2010 kenaikan perak 65% (emas 24%) dan 2011 kenaikan perak 7% (emas 22%). Dilihat dalam tiga tahun, perak secara rata-rata telah naik 43%, sementara emas 26%

- Pada 1979 – 1980, kita perlu 17 troy ounce perak untuk mendapatkan 1 troy ounce emas. Artinya rasio emas terhadap perak adalah 1 : 17. Pada kuartal 1 – 2011 rasionya 1 : 55. Sekarang makin menipis dan akan terus mendekat

- Dalam satuan mata uang Dinar dan Dirham, standar jaman Umar ibn Khattab adalah 1 Dirham ada di kisaran 1/10 – 1/12 Dinar. Dirham adalah perak 2,975 gram dan Dinar adalah emas 4,25 gram. Untuk waktu yang sangat lama, hingga tahun 1500 Masehi, standar ini dijadikan standar bank-bank di UK. Pada 2009, 1 Dirham = 1/49 Dinar. Pada 2010, 1 Dirham – 1/26 Dinar. Angka ini makin mengecil untuk kemudian menemukan rasio normalnya kembali

- Perpindahan kapital dari barat ke timur. 12% penduduk dunia di Eropa dan Amerika sekarang harus menerima kenyataan bahwa 88% pengendali pasar dunia, termasuk gerakan investor individual ada di Asia dan belahan timur lainnya. Investor dengan ledakan pendapatan di China, India dan Indonesia membelanjakan dana menganggurnya jauh lebih banyak logam mulia dibanding yang dilakukan masyarakat Eropa dijadikan satu. Dan, investor timur punya kecenderungan membeli di harga berapapun, yang artinya mendorong permintaan makin tinggi atas perak, emas dan logam hakiki lainnya. Bagi investor timur, logam mulia adalah pilihan pengganti investasi di sektor keuangan yang labil.

Saat ini perak belum mendapat perhatian serius investor Indonesia. Bagi investor jeli, ini saatnya masuk. Inilah tahun dimana perak akan makin secemerlang emas.


--- Internet Source ---

Rabu, 14 Maret 2012

Investasi Emas Tak Perlu Tunggu Harga Turun

JAKARTA - Harga emas terus bergerak volatil beberapa waktu terakhir. Maka diperlukan berbagai strategi guna melakukan investasi terhadap emas.

Analis Monex vicky Amarnani, menuturkan bahwa sepanjang Desember 2011 harga emas turun sebesar 19 persen. Menanggapi hal tersebut dia melakukan berbagai cara yaitu me-manage resiko dengan cara mengunci kuntungan dalam mengambil kesempatan ketika harga emas naik.

"Investor atau trader tidak perlu menunggu harga emas turun atau naik. saat break out biasanya naik terus. Itulah saat kita untuk membeli" ungkap analis Monex vicky Amarnani kala ditemui usai seminar yang bertema "New trending method involalite market" di XXI Djakarta Theater, Jalan Thamrin, Jakarta, Sabtu (11/2/2012).

Vicky menyebutkan cara terbaik untuk memperbaiki trading untuk mengimbangi pasar di antaranya mencari peluang pasar dimana saat ini perbaikan volatilitas untuk mengetahui dimana letak keuntunggan. memperhatikan tvl (garis volatilitas
untuk mngatasi pergerakan volatilitas).

Investor atau trader juga harus memperhatikan dari segi harapan, keyakinan, kepastian, untuk mengikuti trend harga serta memperhatikan probabilitas trending yang mancapai 70 persen yang berkorelasi berdasarkan pada harga pasar.

Selain itu investor juga bisa memanfaatkan data-data dengan cara menunggu berita yg mengenai harga komoditi karena faktor politik, ekonomi, teknologi dan sekuritas harga perlu dperhatikan.

Di 2012, Vikcy mngimbau agar lebih berhati-hati dengan kondisi pasar saat ini karena peluangnya sangat pendek meskipun di minggu ini harga emas naik dan tidak menutup kemungkinan di minggu berikutnya akan naik juga.

--- Okezone ---

Investasi Emas sebagai Alat Investasi dan Alat Hedging

Bagi masyarakat di Indonesia, seharusnya berinvestasi dalam emas lebih diperhatikan dibandingkan investasi lainnya

dikarenakan perekonomian indonesia sering kali rentan terhadap krisis. Begitu terjadi krisis, nilai rupiah anjlok

dan sebagai besar masyarakat akan kehilangan daya beli dan menurun kesejahteraannya. Secara struktural, ekonomi

indonesia cukup rawan terhadap inflasi. Selalu saja ada alasan untuk menaikkan harga barang-barang pokok. Pemerintah

bisa menaikkan BBM, dan pengusaha bisa menaikkan harga barang dan jasa, dan akibatnya rupiah selalu jadi kehilangan

nilainnya.

Sebagai contoh berapakah nilai satu dollar AS terhadap rupiah? Jawabannya adalah bukan Rp.10.000,- melainkan

Rp.1.000.000,- sebab pada tahun sekitar 1960han, pemerintah pernah melakukan pemotongan nilai rupiah dari Rp.100,-

ke Rp.1. Kebijakan saat itu menghancurkan daya beli masyarakat, tetapi tetap ditempuh pemerintah untuk

menyeimbangkan kembali perekonomian makro.

Karena itu, penting sekali bagi kita untuk melindungi nilai kekayaan yang sudah dikumpulkan, kalau tidak ingin

menghabiskan masa tua dalam kemiskinan. Sebab, dalam jangka panjang pasti akan terjadi krisis yang merupakan siklus

dari ekonomi. Dan setiap kali terjadi krisis, rupiah akan kehilangan nilainya. Entah sebagai akibat dari naiknya

nilai tukar dollar AS, tergerus karena mengalami inflasi tinggi atau kedua hal tersebut terjadi bersamaan.

Memilih berinvestasi dalam emas adalah salah satu cara efektif untuk melindungi kekayaan kita. Orang membeli dan

menyimpan kekayaan dalam emas untuk mengamankan daya belinya, bukan untuk mendapatkan imbah hasil yang paling

tinggi. Peluang investasi tinggi tetap pada jenis investasi seperti saham, walaupun resikonya juga tinggi untuk

berinvestasi dalam saham.

Emas sebagai alat investasi yang bertujuan untuk perlindungan nilai aset juga mirip dengan properti. Keunggulan emas

adalah lebih mudah dan lebih cepat untuk diuangkan, dan nilai investasinya relatif lebih kecil. Namun, baik emas

maupun properti sama-sama efektif sebagai penakluk inflasi.

Emas sebagai alat hedging, tentu saja berinvestasi di emas tidak menjanjikan return besar dalam jangka pendek

seperti saham. Tapi return dalam emas relatif stabil, hanya saja kalah mengairahkan bila dibandingkan dengan saham.

Emas cenderung lebih tepat untuk hedging dari pada investasi, walaupun bisa juga berfungsi sebagai keduanya

sekaligus.

Dan untuk investasi dalam emas, membeli emas lalu menjualnya kembali tidak disarankan dilakukan untuk periode jangka

pendek (satu tahun atau kurang) karena keuntungannya tidak maksimal.

Kelebihan Investasi Emas

Nilai emas cenderung stabil dari tahun ke tahun dan dianggap tidak terpengaruh oleh inflasi / zero inflation effect,

dan sangat jarang harga emas turun, dan emas juga bisa digunakan untuk koleksi dan sebagai perhiasan.

Investasi dalam Emas bagus juga sebagai cara untk mendiversifikasi harta. Anda bisa saja berinvestasi di saham,

reksadana, properti, obligasi ORI atau yang lainnya dan investasi di emas bisa menjadi alternatif yang bagus,

terlebih dalam kondisi tidak stabil, emas bisa sebagai alat untuk lindung nilai. Harga emas cenderung stabil juga

dikarenakan komoditi emas di dunia tidak bisa bertambah.

Salah satu keuntungan lainnya adalah harga emas juga dipatok dalam US dollar, jadi bila terjadi peningkatan nilai US

dollar, Anda bisa memperoleh dua keuntungan langsung yaitu dari kenaikan dollar dan juga kenaikan dari harga emas

itu sendiri. Tapi kondisinya pun bisa sama, bila harga emas sedang turun. Tapi untuk jangka panjang harga emas

cenderung stabil dan naik.

Bila dibandingkan dengan berinvestasi langsung di mata uang USD, emas lebih menguntungkan. Di Indonesia, money

changer relatif rewel. Mereka menghargai murah mata uang keluaran lama atau mata uang yang terlipat. Belum lagi ada

risiko nomer seri palsu. Akibatnya, menyimpan mata uang USD harus selalu diperbarui. Berbeda dengan emas yang bisa

dibeli dan didiamkan saja beberapa lama.


--- Internet Source ---

Investasi Emas

Investasi merupakan cara yang dilakukan oleh banyak orang untuk mempersiapkan kondisi keuangannya dimasa yang akan

datang. Dibandingkan dengan menabung, investasi merupakan jalan terbaik agar uang yang kita miliki tidak tergerus

dengan adanya inflasi, sebab kita tahu sendiri inflasi merupakan 'perampok' yang mengurangi nilai mata uang kita

dari waktu ke waktu dan salah satu solusi untuk menangani inflasi adalah dengan berinvestasi emas.

--- Internet Source ---

Berinvestasi emas, bukan yang lain!! Mengapa? Saya rasa itu adalah pertanyaan yang menarik! Baiklah, sekarang saya

bertanya kepada Anda. Apakah yang bisa Anda beli dengan uang Rp 200 perak? Tentu Anda masih ingat dengan lagu “…

abang tukang bakso mari-mari sini aku mau beli, abang tukang bakso cepatlah kemari sudah tak tahan lagi, satu

mangkok saja dua ratus per yang banyak baksonya…” Pada tahun '90-an dengan uang 200 perak Anda bisa beli banyak

bakso, namun saat ini Anda hanya akan dapat 2 buah permen, satu untuk Saya dan satunya lagi untuk Anda hehehehe… .

Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, inflasi merupakan penyebab utama turunnya mata uang yang kita miliki, bukan

hanya bakso saja yang terpengaruh, semua barang mulai dari barang primer (sembako), kendaraan bermotor, rumah,

tanah, jasa dan lainnya ikut terpengaruh. Semuanya seakan menjadi makin mahal, namun kita tidak sadar bahwa

sebenarnya bukan barang tersebut yang menjadi mahal, namun uang kita yang nilainya turun. Apakah Anda menyadarinya?

Semoga saja Anda sudah menyadarinya saat ini!

Solusi yang paling ampuh untuk mempertahankan nilai mata uang Anda adalah dengan menyimpannya dalam bentuk emas.

Investasi emas merupakan investasi yang tepat untuk mempertahankan nilai mata uang kita karena emas sifatnya ZERO

INFLATION alias ANTI-INFLASI, bahkan jika diperhatikan kenaikan harga emas selalu berbanding lurus dengan laju

inflasi. Semakin gila inflasi, semakin gila juga kenaikan harga emas. Nah, kini Anda tahu alasan mengapa harus ber-

investasi emas bukan?

Tips Investasi Emas Bagi Pemula

Berikut tips dari pedagang emas di kawasan Blok M Jakarta.


VIVAnews - Harga emas terus melambung, membuat banyak orang tertarik berinvestasi emas, khususnya logam mulia (LM) karena berharap dapat meraup keuntungan tak sedikit.

Ingin mencoba? Berikut tips dari pedagang emas di kawasan Blok M Jakarta, khususnya bagi masyarakat pemula yang akan berinvestasi emas.

Pedagang emas, Rozik (29), mengatakan bagi pemula lebih baik berinvestasi di LM dibanding perhiasan, karena harga LM cenderung lebih stabil dan tidak ada potongan yang besar ketika akan dijual kembali.

"Yang pasti logam mulia, minimal 25 gram. Sebab, kalau yang kecil-kecil jatuhnya lebih mahal, kalau punya uang mending yang 100 gram, soalnya jatuhnya lebih murah, bisa beda Rp35 ribu per gramnya dengan yang kecil," kata pemilik Toko Mas Roma, Rozik, kepada VIVAnews.com di tokonya, kawasan Blok M, Jakarta, Selasa, 23 Agustus 2011.

Investasi emas, kata Rozik, itu mudah. Jika harga emas turun, segera beli, kemudian ketika harga emas itu naik, segera jual. "Tapi jangan hanya sebentar, minimal enam bulan lah," ungkapnya.

Lalu, jika pemilik emas memerlukan uang dalam waktu mendadak, Rozik menyarankan untuk menggadaikannya. Terutama jika orang itu masih suka dengan emas miliknya dan masih ingin memiliki mes,kipun harga gadai selalu jauh dari harga jual pasaran.

"Tapi kalau nggak perlu uang, ya disimpan saja di rumah atau di safety deposit box, di bank-bank pemerintah lebih aman karena jaminannya kan pemerintah, biayanya juga murah. Ada yang setahun Rp250 ribu, ada di BRI cuma Rp150 ribu," ungkapnya.

Jika harus menggadaikannya, Rozik menyarankan, digadaikan di pegadaian dengan alasan sudah terpercaya dibanding lainnya. "Kalau di pegadaian juga taksirannya lebih bagus," pungkasnya.

Sementara itu, seorang pedagang lainnya juga menyarankan untuk berinvestasi di LM bagi pemula. Namun, ia juga menegaskan itu semua tergantung pada kebutuhan masing-masing orang.

"Terserah orang, kalau mau dipakai ya perhiasan, kalau mau investasi saja ya batangan (LM). Sebab, kalau harga naik begini lebih banyak yang ke batangan," kata pemilik 'Toko Mas Menteng', Suryani, kepada VIVAnews.com ditemui terpisah.

Untuk masyarakat yang tertarik investasi LM, kata Suryani, lebih baik minimal 100 gram dengan alasan jika di bawah itu harga jualnya akan mengikuti harga yang 100 gram artinya lebih murah.

"Misalnya, yang 100 gram itu saya jualnya Rp540 ribu per gram, saya belinya Rp530 ribu per gram, selisihnya sekitar Rp10-15 ribu saja. Tetapi kalau yang ukuran lima gram, saya jualnya Rp560 ribu per gram, saya belinya Rp530 ribu per gram, selisihnya kan ada Rp30 ribu," ungkapnya.

Hal itu terjadi, kata Suryani, karena harga jual setiap batang emas berbeda-beda, namun harga beli kembali itu rata-rata menggunakan standar harga beli ukuran 100 gram. "Makanya saya anjurkan yang 100 gram," kata Suryani.

Sedangkan cara penyimpanannya, lanjut Suryani, pada investasi emas cukup mudah. Beberapa orang memilih menyimpannya sendiri di rumah, namun ada beberapa orang yang disimpan di safety deposit box (SDB) di bank.

"Jangan digadai, kan bayar bunga tuh, mending disimpan saja di SDB di bank, kalau butuh baru digadaikan," tuturnya.

--- VIVAnews ---